Sepotong Episode


Sudah lama ingin menulis ini namun baru tertulis sekarang. Sepotong episode dari perjalanan panjang yang sedang dikumpulkan.

***

Ketika lulus SD dan kuputuskan melanjutkan ke MTs kudengar selentingan, "Aduh, kasihan nilai ijazahnya kalo cuma dipakai masuk MTs, mending SMP aja." Aku hanya menelan ludah. 

Ketika lulus MTs dan kuputuskan masuk Pesantren Al-Iman (saat itu Al-iman baru berdiri), kudengar selentingan lagi, "Dari pada masuk Al-iman mending tidur di rumah." hanya bisa mengelus dada.

Dua kejadian diatas sangat mirip dan pada keduanya aku tidak berani membantah karena keduanya yang mengatakan merupakan orang-orang yang telah mengajar ku bahkan merasa dekat karena pernah menjadi wali kelas.

Pikiran positif ku saat itu, mereka mengatakan hal itu tentu didasari kecintaannya padaku. Mereka mungkin belum bisa menerima dengan pilihan yang kubuat atau sedikit kecewa karena ingin aku mendapatkan pilihan yang terbaik dalam pandangan mereka.

Waktu berjalan dan akhirnya aku pun menyelesaikan proses belajar di Pesantren Al-Iman, setelah jeda satu tahun di Bekasi Allah mengizinkan ku untuk melanjutkan belajar ke Al-Azhar.  

Di sini rasa bahagia itu muncul, selain bahagia untuk takdir yang indah ini, aku juga bahagia karena akan membuktikan pada mereka yang dulu sempat menyangsikan keputusan ku, bahwa langkah yang ku putuskan dahulu tidak mengecewakan.

Momentum itu hadir, guru MTs yang dulu kecewa dengan keputusan ku masuk pesantren, kini setelah melihat perkembangan beliau berbalik arah jadi mendukung, beberapa hari sebelum keberangkatan ke Mesir kami bertemu dan mengobrol ringan, alhamdulillah tampak sekali dukungan nya, berbeda dengan ketika keputusan ku masuk pesantren dulu. Aku benar-benar bersyukur karena berhasil membuktikan bahwa keputusan ku pada akhirnya tidak membuat kecewa. Terlebih di satu sisi, kawan ku yang mendapatkan rekomendasi dari beliau dan masuk salah satu sekolah favorit dan selalu dibangga-banggakan ternyata berakhir mengecewakan.

Itu kisah dengan guru MTs ku, sekarang dengan guru SD ku yang juga kecewa dengan keputusan ku ketika lulus SD saat itu. 

Ketika pulang dari Bekasi untuk mempersiapkan diri di rumah menjelang keberangkatan ke Mesir, aku sudah mulai susah untuk bisa menghubungi beliau, faktor banyaknya yang harus kupersiapkan dan faktor kesibukan beliau rasanya cukup membuat susah untuk sekedar bertamu.

Singkat kata, tibalah waktu aku harus berangkat ke Mesir, Abi ku akan mengantarkan sampai bandara Kota Bengkulu, itu artinya kami harus menaiki bus dahulu selama delapan jam sebelum sampai ke Kota Bengkulu untuk terbang ke Jakarta. dengan diantar sepeda motor kami pun menuju loket mobil terdekat. 

Di sini lah Allah mentakdirkan, ternyata sore itu juga beliau (guru SD ku) akan pergi ke Kota Bengkulu dan kami berangkat dengan mobil yang sama, setelah bertukar kabar barulah kami sama-sama menceritakan tujuan masing-masing. Aku pun bercerita akan melanjutkan kuliah di Al-Azhar dan memohon doanya, kulihat wajah haru benar-benar tergambar dari raut nya. Doa-doa langsung mengalir deras, harapan-harapan langsung disampaikan penuh antusias. Tidak lagi kulihat raut kekecewaan di wajahnya, yang ada kini raut haru dan bangga. 

Kuliah ke Al-Azhar bagi sebagian orang mungkin hal yang sangat biasa, tapi bagi orang-orang kampung seperti kami, itu merupakan suatu anugerah.

Bersyukur Allah izinkan aku membuktikan bahwa ini adalah jalan yang terbaik, dan juga bersyukur diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa aku tidak mengecewakan mereka-mereka yang seharusnya tidak dikecewakan.  

Ini belum seberapa, ini baru secuil diantara potongan perjalanan panjangku. Karena ini baru saja dimulai.  

Banyak orang-orang spesial yang harus aku bahagiakan. Karena bahagia bagiku adalah saat bisa membahagiakan orang-orang di sekelilingku.


Amar Ma'ruf Abdul Aziz

Tidak ada komentar:

Travelling

[Travelling][bigposts]