Selamat Datang di Cairo


Selasa 25 September 2012 menjadi hari yang bersejarah . setelah lebih dari 10 jam melintasi negeri awan akhirnya Fly Emirates si burung besi yang membawa kami dari Indonesia ini mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Cairo, setelah sempat singgah di Dubai sekitar 9 jam.

Cairo International Airport
Bandara Internasional Cairo menjadi gerbang kami memasuki kota Cairo , setelah di periksa ini dan itu ( maklum masuk negara orang )  kami serombongan pun langsung meluncur dengan  bus yang menjemput kami , dan mulailah sejarah baru di negeri kinanah ini .

Kesan pertama ketika sampai mesir adalah ,”panas dan gersang”  sepanjang perjalanan dari bandara yang ku lihat adalah pasir dan pasir , begitu juga ketika melihat negara ini dari ketinggian , di mana ini yang ada tumbuh-tumbuhannya  ? , kataku dalam hati , “ada eggak ya yang jualan daun singkong” ? baru terasa ternyata Indonesia itu sangat indah,  terlebih daerah Mukomuko , hehe.

Setelah lebih dari tiga minggu aku hidup di negerinya nabi Musa ini , banyak sekali hal-hal baru yang kutemukan , disini bukan hal yang susah apabila kita ingin mencari masjid , karena banyak sekali masjid yang jaraknya tidak berjauhan satu dengan  yang lain  , dan khasnya adalah semua masjid disini mempunyai menara yang tinggi , tak terkecuali entah itu masjid yang kecil maupun masjid  besar , dari sini aku baru tahu , mungkin ini yang menjadikan orang-orang menjuluki negeri ini sebagi negeri seribu menara , kemudian semangat ibadah yang tinggi pun bisa kita rasakan di sini , saling mengucap salam bila berpapasan ,  merekapun sangat akrab dengan Al-Qur’an , bahkan di warung-warung dan mobil-mobil kebanyakan yang terdengar adalah suara murottal , “ Subhanallah “ , kemudian kita kalau di Indonesia mungkin aneh melihat penumpang bus yang sambil membaca Al-Quran  , tapi kalau disini bukan barang aneh lagi , sudah terbiasa  , “kapan Indonesia seperti ini”  ? , “yuk mulai dari diri sendiri , sayang kan waktu terbuang percuma buat melototin jalanan” .

Tujuan utamaku kesini dan kebanyakan orang  adalah belajar di universitas Al-Azhar , siapa sih yang tidak kenal Al-Azhar , universitas islam tertua yang di dirikan pada masa dinasti Fathimiyah ini ?.  dan ini adalah impianku sejak kecil, atas izin Allah akhirnya keinginan itu tercapai . sempat bimbang juga ketika masa-masa di pesantren ingin kuliah di mana , tetapi setelah melewati beberapa proses ternyata Allah takdirkan aku untuk menimba ilmu di pusat peradaban Islam ini , sederhana saja ketika orang-orang bertanya padaku , “kenapa harus jauh-jauh ke Cairo ? , di Indonesia juga kan banyak “, maka jawabanku adalah; “meminum air langsung dari sumbernya di pegunungan tentu jauh lebih segar ” .  

Yang ingin aku dalami adalah ilmu Islam,  maka Universitas inilah jawabannya  , aku katakan disini sumber ilmu karena coba kita lihat “dari manakah kebanyakan ulama islam muncul  ?”, kemudian “dari manakah kebanyakan kitab-kitab rujukan islam berasal  ? “ , dari negeri inilah sumbernya . ya disini memang benar-benar gudangnya ilmu , pelajar-pelajar dari berbagai negara dengan beragam warna kulit menyerbu Al-Azhar untuk memetik ilmu dari ulama-ulama di sana , di sana juga sangat mudah kita mendapatkan para masayikh yang memberikan ilmunya secara Cuma-Cuma  , selain di bangku kuliah banyak sekali majelis ilmu yang kita temui di masjid Al-Azhar , kita bebas memilih ingin mendalami ilmu apa dan itu semua kita dapatkan secara gratis , tentu ini sangat cocok bagi para pemburu ilmu , ada kelebihan tentu ada kelemahan, dan kelemahan di Mesir adalah masyarakatnya menggunakan bahasa ammiyah ( bahasa pasaran) bukan fushah (bahasa arab asli) , sempat juga berbincang dengan kawan-kawan di kampus ada orang Senegal , Kazakstan ,Russia dan kebanyakan mereka berpendapat sama , bahasa ammiyah itu tidak penting , kita tidak perlu mempelajarinya , cukuplah kita bermuamalah dengan masyarakat sekitar maka kita akan bisa sendiri . Tetapi kita tidak perlu khawatir karena mereka menggunakan ammiyah hanya dalam muamalah , kalau dalam forum-forum resmi mereka kebanyakan menggunakan bahasa fushah , fenomena ini justru jadi nilai tambah bagi kita karena kita bisa mendapat dua bahasa sekaligus   .

Gedung-gedung di daerah Hay 'asir
Di Cairo ada suatu daerah yang kebanyakan orang Indonesia tinggal di daerah itu  , Nasr City namanya , sekretariat-sekretariat organisasi milik orang Indonesia rata-rata juga di daerah itu ,  jadi kalo boleh aku menyebutnya sebagai kampung Indonesia di Mesir , bagus juga sebenarnya karena dari berorganisasi itu kita bisa belajar banyak hal , dan keuntungan tinggal di daerah ini juga selain harga sewa rumahnya yg relatif murah juga dekat jika ada urusan dengan konsuler  ataupun dengan kekeluargaan , karena mahasiswa di sini semuanya memiliki kekeluargaan sesuai dengan daerah mereka berasal ketika di Indonesia, tetapi daerah ini lumayan jauh dari Kampus Al-Azhar , butuh sekitar 1 jam menggunakan bus , itu pun kalau tidak macet , terlebih kalau ada suuq sayaroh ( pasar mobil ) bisa sampai 1,5 jam  untuk menuju kampus , bus  80 coret lah yang paling akrab bagi para Masisir ( Mahasiswa Indonesia di Mesir) ,  jadi benar-benar sebuah perjuangan untuk menuju kampus  .

Tapi tidak semua mahasiswa Al-Azhar dari Indonesia tinggal di daerah itu , karena ada juga yang tinggal di daerah husein ,dan itu  hanya butuh sekitar lima menit berjalan kaki untuk menuju ke kampus dan masjid Al-Azhar , jadi selain menghemat tenaga dan biaya , juga mempermudah jika ingin talaqi di masjid Al-Azhar , di masjid Azhar inilah terdapat banyak sekali kelompok-kelompok kajian islam (talaqi) mulai dari pagi sampai malam , kita bisa mengikutinya sesuai materi yang kita inginkan dan ingin kita dalami.
Hadiqoh azhar dan benteng
Di daerah ini juga dekat dengan hadiqoh azhar (sebuah taman yang terletak di dekat kampus Al-Azhar) kesan tentang Mesir yang isinya “pasir dan debu “ sedikit hilang jika kita memandangnya , karena rumahku tepat berada di samping Hadiqoh Azhar maka kesan tentang mesir yg gersang pun perlahan sedikit hilang juga , ini adalah taman terbesar di kota Cairo  (luasnya lebih dari 5 hektar) ,  jadi begitu membuka jendela rumah langsung terlihat bermacam macam pohon dan bunga-bunga , tempat tinggal kami dan Hadiqoh Azhar hanya terbatas tembok bekas benteng Solahuddin Al-Ayyubi yang sudah dalam terpendam  , dan posisi rumahku berada di lantai dua ,jadi benteng itu tidak menghalangi kami melihat Hadiqoh Azhar dari balkon rumah, maka dari sini aku tarik kesimpulan , ternyata Mesir tidak hanya pasir dan debu , banyak juga hijau-hijauan di sini , “tapi tetap aja nggak ada daun singkong ”  hehe .

Aku akui memang tidak keseluruhan orang Mesir itu baik , tepapi itulah sunnatullah , dimana ada kebaikan di sana ada ke burukan , tetapi keburukan-keburukan itu akan tertutupi oleh kebesaran Jami’atul Azhar Assyarif .
              
Kembali lagi , tujuan awal harus tetap jadi tujuan utama , buat rekan-rekan sesama masisir moga kita selalu di beri ke istiqomahan dalam menuntut ilmu di Negeri para Nabi ini dan menyelesaikan study tepat waktu , dan bagi yang ada ke inginan menuntut ilmu di Al-Azhar dan belum tercapai semoga Allah permudah jalannya , teruslah berusaha dan jangan menyerah .

Salah 1 sisi hadiqoh azhar

Kalau mereka BISA kitapun pasti BISA,
Kalau semua BISA kita harus lebih BISA ,
Jangan hanya BISA yang "BIASA" 
Tapi kita harus BISA menjadi "LUAR BIASA" .
Tunjukan bahwa kita BISA berbuat lebih dari sekedar BISA ,.


                                                                                                                                                                Cairo 24 Okt. 2012




Tidak ada komentar:

Travelling

[Travelling][bigposts]